Breaking News

Pengusaha Batubara di Jambi Tetap Perbaiki Jembatan yang Rusak Meski Aktivitas Sepi

JAMBI - Aktivitas angkutan batubara melalui jalur sungai saat ini lebih sedikit dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya.

Meski demikian, para pengusaha batubara di Jambi tetap bertanggung jawab memperbaiki fender yang rusak. 

Hal ini disampaikan Ketua Harian Perkumpulan Pengusaha Tambang Batubara (PPTB) Jambi, Houtman Sitompul.

Houtman mengatakan, pengusaha batubara yang aktif menggunakan angkutan air saat ini hanya berkisar lima perusahaan.

Dari lima perusahaan tersebut, hanya tiga yang volume angkutannya sedikit lebih besar.

"Tiga perusahaan masing-masing bisa dua tongkang sehari. Dua perusahaan lagi, paling sehari hanya setongkang yang isinya kisaran 1000-1500 ton per hari," katanya, Jum'at (7/3/2025).

Houtman menyebut, menurunnya aktivitas sungai disebabkan karena lesunya penjualan batubara. 

Hari ini, kata dia, pengusaha di Jambi hanya bisa berjualan untuk kebutuhan domestik atau lokal saja. Sementara ekspor, pengusaha masih enggan melakukannya.

Mengapa demikian? Houtman merinci, harga ekspor batubara hari ini masih dinilai rendah. 

Terutama batu bara dengan kualitas kalori Gar 34 32, yang merupakan karakter batu bara di Jambi.

"Jambi itu kan dominasinya batu bara dengan gar 32 hingga 38. Itu memang karakter batu di Jambi. Ada yang gar 42 hingga 55, tapi kan terbatas. Harga ekspor kita rendah, jadi ini menjadi salah satu penyebab lesunya aktivitas di sungai," ungkap Houtman.
 
Tidak Semua Anggota PPTB Wajib Iuran Anggota 

Houtman menambahkan, akibat sedikitnya angkutan batu bara di sungai ini, iuran anggota pun jadi berkurang. 

Iuran yang dimaksud adalah iuran anggota PPTB. Houtman menjelaskan iuran itu hanya dilakukan oleh anggota yang aktif di sungai saja.

"Jadi yang ikut iuran itu hanya anggota yang aktif angkutan di sungai saja. Sementara yang tidak aktif di sungai, ya tidak ikut iuran," jelasnya.

Menurut Houtman, iuran ini wajib bagi yang menjalankan angkutan di sungai Batanghari dari Kabupaten Batanghari sampai ke Talang Duku atau Niaso Muaro Jambi. Sementara yang tidak melakukan aktivitas, tidak wajib.

Iuran ini menurut dia adalah sumbangsih gotong royong bagi anggota. Dan penggunaan iuran ini, salah satunya adalah untuk perbaikan jembatan jika ada yang rusak. 

Berapa besaran iuran? Houtman menyebut besaran nilai itu sifatnya insidentil saja, jika ada kejadian penabrakan fender jembatan.

"Itu yang harus kita luruskan. Iuran itu tidak permanen. Jika ada kecelakaan, maka akan dilakukan iuran bagi yang beraktivitas di sungai," sebutnya.

Lantas apakah benar informasi yang beredar bahwa PPTB mengelola uang puluhan bahkan ratusan miliar? Ditemui di tempat terpisah, Antonius Sekretaris PPTB Jambi hanya tersenyum ketika ditanya soal gonjang ganjjing iuran PPTB.

Antonius menjelaskan, apa yang beredar hari ini itu adalah hoaks. Dia menegaskan bahwa tidak benar PPTB sampai menarik iuran puluhan hingga ratusan miliar.

"Analoginya begini, misalnya kalau kita tidak tinggal di RT 31, mau tidak kita bayar iuran kebersihan di RT 31. Pasti enggak kan. Kecuali kalau kita tinggal di RT 31, pasti kita bayar," jelasnya.

Artinya, tambah Antonius, tidak semua anggota di PPTB itu yang membayar iuran. Tidak semua yang produksi batubara itu membayar iuran. 

Mereka yang wajib membayar iuran hanyalah yang beraktifitas di Sungai Batanghari dari Kabupaten Batanghari hingga ke Talang Duku.

Kemudian, mereka yang jalan seperti di Sarolangun, Tebo dan Bungo itu juga tidak membayar iuran. 

"Jadi jangan salah persepsi dan nebak-nebak saja. Bagi teman-teman yang melakukan pengiriman ke Bengkulu, Padang dan Pelabuhan Integra Tanjung Jabung Barat, itu tidak membayar iuran. dan memang bukan kewajibannya," tegasnya.

Antonius meminta kepada pihak mana pun yang belum memahami substansi, agar tidak sembrono menyebar luaskan informasi. Apalagi yang mengarah kepada berita bohong. 

"Kalau berita yang tidak benar, jika berulang-ulang disebarkan akan menjadi pembenaran," katanya lagi.

Antonius meminta kepada pihak-pihak terkait agar lebih bijak dalam memahami suatu persoalan. Kata dia, anggota dan pengurus sangat terbuka bagi siapa pun yang ingin berdiskusi terkait PPTB.

"Jadi sekali lagi, saya sampaikan bahwa tidak benar PPTB mengelola iuran anggota puluhan hingga ratusan miliar itu. Hari ini yang ikut iuran itu hanya 3 atau lima pengusaha. Itu mereka yang ada aktivitas di sungai saja. Iuran itu yang nanti salah satunya akan digunakan untuk perbaikan fender jembatan," tutupnya.

0 Komentar

© Copyright 2022 - Media Online Pantaujambi.com